top of page
18 Prof John Hutagaol.jpg

Sebuah Perjalanan Keseimbangan Perpajakan

Terinspirasi tokoh-tokoh keuangan Indonesia, John kini tengah meniti puncak kariernya.

Nama lengkapnya Prof. Dr. Poltak Maruli John Liberty Hutagaol, SE., Ak., M.Acc., M.Ec. (Hons)., namun akrab disebut hanya dengan Prof. John. Tutur katanya lembut, namun semangatnya tergambar jelas.

Pria kelahiran Jakarta, 27 November 1965, kembali terpilih sebagai ketua Kompartemen Akuntan Pajak Ikatan Akuntan Indonesia (IAI KAPj). Ia tercatat sebagai ketua pertama dari kompartemen tersebut. Meski demikian, John bukanlah orang baru di IAI ia pernah menjadi Dewan Penguji Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) IAI.

John, menganggap terpilihnya dia sebagai Ketua IAI KAPj sebagai berkah. Satu lagi tempat berkarya baginya di dunia yang dicintainya, perpajakan. "Tapi cita-cita saya belum tercapai seluruhnya. Saya ingin lebih banyak lagi berkarya" katanya ketika ditemui di ruang kerjanya yang asri di lantai 26 Gedung Pusat Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Jakarta.

John Hutagaol mulai menyukai akuntansi dan perpajakan sejak ia kuliah jurusan akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur. John mengaku selalu mendapat nilai A untuk mata kuliah perpajakan.

Namun ketika melamar di Kementerian Keuangan, pilihan pertamanya justru Direktorat Moneter, bukan DJP. "Waktu itu alasannya saya ingin melanjutkan pendidikan. Saya pikir di direktorat inilah tempatnya" jelasnya.

Selain itu, John juga sangat terinspirasi oleh banyaknya tokoh-tokoh keuangan yang sukses berasal dari Direktorat Moneter. "Sebut saja Oskar Suryaatmadja, Marie Muhammad, Marzuki Usman, semua lahir di situ" tutur John bersemangat.

"Waktu itu yang menguji saya adalah Pak Hamonangan Hutabarat. Namun ternyata saya ditempatkan di DJP. Jadilah saya pegawai di DJP dan tidak pernah pindah-pindah sampai sekarang" ujar John sambil tersenyum lebar.

Namun John mensyukuri keputusan ini. Di satu sisi kariernya berkembang di DJP dan ia tetap bisa melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang tertinggi. Bapak empat anak ini sudah meraih status guru besar sejak tahun 2008 lalu.

"Namun semua itu diraih penuh pengorbanan, terutama dari saya dan keluarga. Juga dengan nasehat dan motivasi dari orang tua, saya bisa membangun komitmen di dalam diri. Akhirnya semuanya berjalan lancar" katanya.

Satu hal yang memudahkan bagi John, pendidikan yang ditempuhnya selaras dengan kariernya di DJP dan passion yang dimilikinya di dunia perpajakan. Predikat guru besar yang disandangnya adalah di bidang perpajakan dan gelar doktoralnya juga di bidang akuntansi perpajakan. "Semuanya saling mendukung sehingga terasa tidak terlalu berat," ia mengenang.

Kini waktu nampaknya berpihak pada bapak anak itu. Ia berhasil menggapai karier tinggi di DJP sekaligus di jenjang pendidikan. Karena itu ia sangat menghargai pengorbanan yang telah diberikan orang-orang terdekat yang telah membantunya mencapai berbagai target dalam hidupnya.

Setidaknya ada tiga pihak yang sangat berarti bagi John. Yang pertama adalah sang bapak yang selama ini selalu menjadi panutan John. "Bagi saya, bapak adalah sosok idola. Beliau adalah seorang birokrat yang selalu menanamkan kedisiplinan dan keteraturan dalam hidup saya. Beliau selalu ada jika saya sedang susah, membutuhkan teman diskusi, dan sebagainya," ungkap John.

John juga sangat berterimakasih kepada sang istri yang selama ini selalu men-support apapun yang dia lakukan. "Selalu ada perempuan tangguh di balik setiap lelaki sukses," John berfilosofi. "Dan yang ketiga adalah anak-anak saya. Mereka selalu menjadi penghibur di kala susah, sedih atau sakit" pungkasnya.

Tak heran, ditengah kesibukannya yang seabreg John berusaha membagi waktu antara karier dan keluarga. Saat weekend merupakan waktu John untuk bersama keluarga. Setiap hari juga John selalu berusaha untuk sarapan pagi atau makan malam bersama keluarga di rumah. "Walaupun kadang-kadang sulit karena dinasnya di DJP dan tugas mengajarnya sangat menyita waktu," kata John.

Namun itu semua tak menghalangi kedekatan John dengan keempat putra-putrinya. Bahkan putra pertamanya nampaknya akan mengikuti jejak John. Ia lulus dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dan bertugas di salah satu Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta. "Yang kedua sudah lulus dari Pascasarjana Fakultas Hukum UGM. Satu-satunya putri sekarang sudah lulus dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM. Dan yang keempat masih duduk di bangku SMA," John bercerita.

Meskipun kini jalan terang telah terbentang di hadapan John, ia mengaku tidak selalu menjadi anak yang pintar seperti status yang kini disandangnya. "Ketika SD saya adalah murid yang malas. Saya tidak pernah mengerjakan PR, tidak pernah belajar, sehingga rapor saya pernah merah untuk tiga pelajaran" kenang John.

Titik baliknya muncul ketia ia menginjak bangku kelas 5 SD. "Waktu saya mencuri dengar pembicaraan ibu saya dengan salah satu temannya. Temannya  itu mempunyai tiga anak dan tiga-tiganya juara kelas," suara John serak. "Saat itu saya merasa tersadarkan. Meskipun ibu saya tidak pernah minta macam-macam. Tapi saya merasa terbebanin dengan kondisi ini."

"Saat itu juga terbangun motivasi di dalam diri. Saya ingin menyenangkan orang tua melalui prestasi belajar. Setelah itu saya totally berubah. Kelas 5 SD saya berusaha. Dan hasilnya terlihat di kelas 6 SD. Setelah itu menjadi lebih mudah." John mengenang.

Prinsip hidup John adalah ingin selalu menjadi orang yang bisa diterima oleh masyarakat dan keluarga. Karena itu John menyarankan kepada generasi muda, dalam perjalanan hidup selalu ada up and down. "Penting untuk selalu berpikiran positif. Harus bisa memangun semangat berkarya."

Setelah nanti tidak berkarier lagi di DJP, John ingin mengabdikan dirinya sebagai akademisi. "Sekarang sudah sih, tapi masih part time, nanti akan full time dan fokus menulis buku." ujar John yang telah menerbitkan beberapa judul buku, terutama terkait dunia perpajakan.

 Melalui kompartemen akuntan pajak saat ini, John berharap akan mencatatkan sumbangsih lain bagi dunia perpajakan dan sektor akuntansi.

bottom of page